Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perjalanan



Aku meringis sesaat sebelum medaratkan tubuhku di atas rerumputan dengan cepat aku melepas beban yang membaut punggungku terasa ngilu selama dua jam berturut turut, aku menatap lagit yang masih bersinar dengan terik sambil menghapus peluh yang membanjiri pelipisku. Aku menghela napas panjang saat merasakan seseorang menepuk bahuku dengan pelan dari arah belakang.

Aku menoleh dan kudapati sahabatku Irfan tengah mengulurkan botol minuman kepadaku dengan wajah yang masam " Kau mau, Del? " Ucapnya dengan setengah hati.

Aku menyambutnya tanpa menyahut, ia mendengus sesaat dilihatnya aku meminum habis seluruh air dalam  botolnya.

"Kau gila " Ia menutup kasar botolnya dan memasukkannya kedalam tas dengan kasar, aku menggelengkan kepalaku dan menunjuk kedepan, "Dia jauh lebih gila " Aku berucap dengan mata yang menatap lurus kedepan tak jauh dari kami  seorang laki -laki berpakaian ala seorang pendaki gunung tengah berdiri dengan beberapa kertas yang menggulung.

"Kenapa kita mau - mau saja menjadi budak orang gila ! " Irfan mengumpat pelan, takut terdengar mungkin, ia merebahkan dirinya direrumputan,  memejamkan matanya mencoba meredakan kekesalan yang dirasakannya.

"Entahlah, karena dia sahabat kita mungkin ? " Aku ikut merebahkan diriku disampingnya, ia berdecih  pelan, aku menatap langit lagi, sangat bersih tanpa ada awan awan yang menghalangi.

Aku dan Irfan berada ditengah hutan diatas gunung, dengan panas luar biasa terik dan barang bawaan yang sangat berat, sudah dua jam kami melakukan pendakian menuruti kemauan seenak jidat Sani yang ngotot mau mencarikan bunga anggrek langka yang konon katanya berada digunung ini.

Aku meringis sesaat sebelum pendakian aku menanyakan untuk apa bunga anggrek yang akan dicarinya lalu ia dengan polosnya menjawab bahwa anggrek itu akan dihadiahkan untuk kekasihnya dihari sebulan mereka pacaran

Kampreet !!

Sumpah demi apapun yang ada didunia ini aku ingin mengubur Sani hidup - hidup

Hanya demi seseorang yang tidak jelas apakah  jodohnya atau bukan, ia rela mendaki gunung padahal ia belum pernah mendaki sebelumnya, dan menyeret kami atas nama persahabatan ikut serta dalam pencarian anggreknya.

"Sani.. Apa..kau yakin kita berada di jalur yang benar ? " Aku bertanya dengan suara agak keras, ia mendekat kearahku dan Irfan, ia terkekeh pelan, dapat kurasakan ia manarik lenganku agar duduk,

"Kita hampir sampai " Ia berseru riang, Irfan langsung bangkit dari rerumputan " Benarkah ? berapa jauh lagi ? " Ia balas berseru antusias, seakan terlepas dari ujian terberat dari dalam hidupnya.

"Ya... kita akan mendaki keatas..kira kira malam nanti kita sampai keaatas." Ia berucap tanpa beban, aku menatap kearah tangannya menunujuk kearah tanah tinggi yang dipenuhi pepohonan hijau, Irfan diam tak menyahut, aku tahu pasti hatinya sedang gusar.

"Kau bilang kita tidak akan menginap ! " Protesnya, aku mengangguk setuju, Sani terlihat berpikir sejenak dengan wajah yang masih tanpa dosanya.

"Kan, kalian bawa tenda, jadi itu artinya kita menginap ! " Sahutnya enteng, lalu bangkit dan mengangkat tas kepunggungnya, "Ayo kita nanti kemalaman dijalan,"

" Kau !! " Irfan hampir mengeluarkan sumpah serapah yang aku yakini tengah berlomba lomba keluar dari mulutnya, Aku menepuk bahunya keras, membuat ia mengaduh.

"Apaan sih Del,.. ! "

"Diam, dihutan kita tidak boleh berkata kasar, pamali " Aku memotong ucapanya, lalu bangkit berdiri menyusul langkah Sani yang berdri didepan, Irfan mengekoriku dengan malas malasan terkadang dengan gerutuan gerutuan kecil.

Sani memimpin didepan dengan bersenandung kecil menandakan betapa ia mencintai kekasih hatinya itu, sesekali ia melirik gulungan kertas yang dipegangnya memastikan apakah kami berada dijalur yang tepat, aku mengikutinya dalam diam, terlalu lelah dan malas berdebat dengan mereka berdua.

Kami terus melangkah hingga tiba tiba Sani menghentikan langkahnya, ia memutar balik kertas digenggamannya, dan terlihat gelisah, "kenapa?"

ia menatapku lalu mengalihkan pandangannya keatas "itu.." Ia bergumam  pelan, aku mengikuti arah pandangnya, disebuah pohon besar terdapat anggrek hitam yang tengah berbunga dengan cantiknya.

"Woahh.." Aku berdecak kagum, diikuti Irfan yang berdiri disampingku, bunga anggrek hitam itu terlihat sangat indah dengan sedikit corak merah menghiasi, inikah bungayang dicari cari Sani ?

" San, ini anggrek yang dicari ? Cantik sekali ! "

" I..i..ya..  tapi seharusnya kan berada diatas sana ! " Sani tak bergeming dari tempatnya, menatap kami yang mendekat kearah pohon besar itu.

"Akh..mungkin kita sedang beruntung, sehingga dia tumbuh disini jadi kita tidak usah keatas dan menginap kan " Irfan berseru riang, Aku mengangguk setuju dengannya, Sani menatap kami lama, lau kemudian mendekat dan berdehem, ia mengambil pisau lipat disakunya dan bersiap menaiki pohon itu. " kalau begitu ayo bantu aku mengambilnya, agar kita cepat pulang. " Titahnya dengan semangat, aku dan Irfan saling pandang dan bersorak, kami pun saling bahu membahu membantu Sani mengambil anggrek yang tumbuh dipohon itu.


Sani sudah berada diatas, dan ia duduk didahan dekat tanaman anggrek itu berada, sedangkan aku dan Irfan menunggu di bawah pohon besar itu sambil duduk duduk santai.

Suara gesekan pisau lipat Sani dengan kulit pohon itu terdengar, diiringi dengan angin yang berhembus menggoyangkan dedaunan dan ranting - ranting pepohonan, menimbulkan bunyi gemerutuk aneh yang membuat aku dan Irfan saling pandang penuh tanda tanya.

"Kau dengar ? " Irfan berkata dengan setengah berbisik, aku terkekeh pelan, saat menyadari ada sebersit rasa ketakutan muncul dimatanya, aku ingin mengejeknya tapi urung melihat wajahnya yang berubah menjadi pucatt pasi, ia bangkit berdiri dan berteriak  kepada Sani

" San, hentikan, jangan ambil bunga itu !! "

"Kamu kenapa sih? " Aku  mendongakkan kepalaku, menatapnya heran, apa yang membuat dia ketakutan mendengar suara ranting pohon bergesekan ? heii.. itu adalah hal biasa jika kau berada dihutan seperti ini bukan ?

"Del, kita harus hentikan Sani ! " Ia berteriak lagi, aku kebingungan, Sani seolah - olah tuli dengan apa yang diteriakkan oleh Irfan yang berkali kali menyuruhnya berhenti, ia terlihat sibuk sendiri, Aku menatap sekeliling kami, pepohonan itu bergoyang - goyang dengan sendirinya, dengan bunyi gemerutuk yang semakin lama semakin nyaring, aku menjerit ketakutan dan ikut berteriak kepada Sani diatas pohon yang masih sibuk dengan anggreknya

"Irfan.." Aku merasakan kakiku gemetar dengan hebatnya, tidak sanggup menopang tubuhku dan bersimpuh ditanah, saat melihat pepohonan itu bergoyang seolah olah tengah mengamuk di sekeliling kami,

"Del !! "Irfan berteriak nyaring, aku menoleh dan mendapati ia terseret oleh akar yang muncul dari dalam tanah, buru buru aku menarik tangannya " SANI BERHENTI !! "


Lagi lagi Sani tak mendengar suara kami, ia masih sibuk dengan anggreknya seolah tak terjadi apapun.


"DELLLA!! " Irfan berteriak putus asa, tubuhnya tertarik keras, namun aku masih menggenggam erat tangannya, air mataku tak terbendung lagi, " Jangan ... jangan dilepas Fan ! ?"

"Akh, sakit..."


"Jangann... di..."


Aku sekuat tenaga menarik tangannya, tubuhku ikut terseret kedepan, ini tidak akan bisa bertahan lebih lama,aku melepas tangan kiriku dan memegang batang pohon yang tak jauh dariku,Aku menatap Sani diatas pohon sana, ia  bersenandung riang, aku tersentak kaget, saat kulihat sesosok wanita berpakaian putih berdiri dibelakang Sani menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya yang putih pucat,

Wanita itu tiba tiba menoleh, kearahku, matanya sepenuhnya berwarna putih, senyuman diwajahnya melebar sangat lebar sampai gigi gigi bertaring itu terlihat, ia membuka mulutnya lebar seolah siap memakan Sani bulat bulat,

"A..A.."  Suaraku tertahan ditenggorokan, sedetik kemudian aku menjerit keras saat kulihat wanita itu benar - benar menelan Sani,

"DELAAA !! "Aku tidak sadar tanganku terlepas dari Irfan, ia berteriak ketakutan kearahku, dengan gerakan lambat kulihat genggaman tanganku terlepas dari tanganya dan tubuh Irfan melayang didepanku kemudian tersentak ketanah, jatuh, mulutnya mengeluarkan darah, lalu dilempar lagi keatas oleh akar akar itu, kemudian dihempaskannya lagi dengan bunyi berdebum keras, aku menjerit melihat tubuh sahabatku diam dengan darah yang bersimbah.


"Tidak..tidak...Irfan.. Sani..."


Perlahan - lahan pepohonan itu berhenti bergerak, bunyi bunyi gemeratak mengerikan itu menghilang, suasana hutan menjadi sunyi senyap,


Aku diam mematung dengan air mata yang mengalir deras, menatap tubuh kaku sahabatku didepanku,


"Mimpi.. ini pasti mimpi.." Aku bergumam berusaha meyakinkan diriku sendiri bahwa yang terjadi, menjambak jambak rambutku dengan keras dan berteriak teriak seorang diri tanpa bisa kukendalikan lagi.


"Del..Delaaa..."

Aku membuka mataku dan langsung berdiri disana kudapati Irfan dan Sani tengah memandangiku dengan pandangan herannya,

"Sani.. Irfan ? " Aku balik bertanya dan mundur menjauhi mereka, mereka berdua berdiri dihadapanku dengan keadaan sehat, tak terluka dan terlihat baik baik saja.

"Anggreknya mana ?" Tanyaku Irfan terkekeh pelan, lalu memukul kepalaku dengan botol air kosong miliknya.

"Kau tertidur tadi, ayo kita harus cepat  mencari anggrek itu  "   Sahutnya, ia mengangkat tasku dan menyampirkan dibahunya, menatapku yang masih kebingungan dan tidak ada niatan sedikitpun untuk beranjak mengikuti Sani yang telah berjalan didepan.


"Ayo...! " Ia menyeretku agar berjalan disampingnya, aku menggenggam erat tangannya yang hangat " Fan kau masih hidup kan ? " Dengan hati hati aku menyentuh pipinya, Irfan menatapku dengan memutar kedua bola matanya malas. " Kapan aku mati del " Ia tertawa keras, Aku ikut tertawa hambar disampingnya, dalam hati aku bersyukur kalau kejadian yang kulihat tadi adalah mimpi belaka.


Aku menoleh kebelakang, disana, dibalik pohon itu wanita berwajah pucat mengintip dari balik pepohonan, dengan senyuman lebar miliknya.


Aku Takut


Perjalanan ini membuatku ketakutan

   


 " Ayo ! "


Post a Comment for "Perjalanan"